KELOMPOK TANI SIALA SAMPAGUL

PROFIL PEMBINA DAN KONSULTAN

I. DEWAN PEMBINA

Abdul Rozak Tanjung, Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Kelompok Tani Siala Sampagul. Dilahirkan di Desa Sibanggor Julu pada tanggal 9 Oktober 1980. Menamatkan S1 Jurusan Administrasi Negara FISIP USU tahun 2004. Mengikuti Short Course Governance And Decentralization Survey di UGM tahun 2004 dan 2006, Mengikuti Training Berkala Pemantauan Kinerja Polri dan Bisnis Militer di Jakarta dan Cianjur tahun 2006. Mengikuti workshop Kepalang Merahan di Negombo Sri Lanka Tahun 2008 dan di Pulau Pinang Malaysia Tahun 2009. Beliau pernah menjadi staff pengajar honorer di USU dari tahun 2004-2006 dan mengundurkan diri tahun 2007, Peneliti di Ridep Institute Jakarta dari tahun 2005-2007. Project manager Disaster Management di Nias tahun 2005, Peneliti lepas pada bidang pemerintahan dan kemasyarakatan di Balitbangsu tahun 2004-2007. Beliau terakhir bekerja sebagai Program Manager Livelihoods Palang Merah Norwegia dari tahun 2007-September 2009. Saat ini beliau bermukim di Kuala Lumpur Malaysia untuk mengambil Short Course di The British Council

II. KONSULTAN

Asima Yanti Siahaan PhD, konsultan mitra bagi kelompok tani Siala Sampagul. Dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 16 Januari 1964. Menyelesakan sarjananya di FISIP USU Medan tahun 1987, Master di Program Development Studies Monash University Australia tahun 1996 , Doktor dari University Massey New Zealand, 2003. Beliau saat ini menjadi dosen tetap di Jurusan Administrasi Publik di USU, Visiting Fellow di University British Columbia, Canada. Fellow pada Open Society Institute di Dudapest serta Fellow pada Asian Research Institute di NUS Singapore. Tentang bidang livelihood, beliau merupakan pakar sekaligus praktisinya. Beliau telah mendampingi Norwegian Red Cross di Aceh, Australian Red Cross, International Federation of Red Cross and Red Cressent Societies dan Cordaid Belanda yang semua aktifitasnya di NAD.

Muhammad Nazif Bin Jaafar Thani

Menjadi konsultan tamu untuk pengembangan sektor keuangan dan usaha kelompok. Dilahirkan di Petaling Jaya, Malaysia pada tanggal 24 Desember 1968. Beliau berkebangsaan Malaysia dengan leluhur bermarga Tanjung dari Desa Sibanggor Julu, Mandailing Natal. Menempuh pendidikan di Malay College Kuala Kangsar (1981-1985), Universiti Kebangsaan Malaysia (1987-1989), Oxford Brookes University, School of Built Environment Department of Architecture (1990-1994) dan Universiti Teknologi MARA Executive Masters in Business Administration (2002-1004) Beliau pernah berkarir di SUNWAY GROUP OF COMPANIES (Assistant Architect), BANK OF COMMERCE (M) BERHAD mulai dari Executive Officer sampai Business Manager (1995-199), BUMIPUTRA-COMMERCE BANK BERHAD, ( mulai dari Executive Officer sampai Business Loans Manager – Medium/Large Business Group) (1999-2005) dan RHB BANK BERHAD (Business Loans Manager – Medium/Large Business Group) (2005/2006). Beliau saat ini bekerja pada KLINIK DR. JAAFAR SDN. BHD.(Financial Controller) dan JASA TEMUAN HOLDINGS SDN. BHD (Group Financial Controller).

PENGURUS HARIAN KELOMPOK

Abdussomad Lubis, saat ini beliau menjabat sebagai ketua kelompok tani

Siala Sampagul pada periode perintis. Dilahirkan di Desa Sibanggor Julu pada tanggal 5 Januari 1972, beliau menempuh pendidikan di SMP Negeri Maga dan sempat mengenyam pendidikan di Pesanteren Musthafawiyah Purbabaru.

Semasa muda banyak menghabiskan waktunya di tanah perantauan mulai dari Jakarta, Bogor sampai di Negeri seberang Malaysia. Selama masa mudanya di kampung halaman beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris Pemuda (Naposo Bulung) pada tahun 2000-2002. Setelah berkeluarga dan menetap di kampong halaman beliau pernah menjadi Ketua PPS TPS I Pilgubsu 2007 serta Annggota KPPS Pilpres 2004. Selain meluangkan waktunya untuk kelompok, beliau juga bekerja sebagai petani di kampung halaman dan merupakan tokoh sentral dalam kelompok mulai dari masa perintisan kelompok sampai sekarang.

Tafsir Lubis, saat ini beliau menjabat sebagai penasehat kelompok tani Siala Sampagul pada periode perintis. Dilahirkan di Desa Sibanggor Julu pada tanggal 6 Juni 1973, beliau menempuh pendidikan di SMP Negeri Maga, Musthafawiyah Purbabaru dan menamatkan pendidikan SLTA pada MAS YPKS Padang Sidempuan.

Semasa muda banyak menghabiskan waktunya di tanah perantauan khususnya di Jakarta dan Bogor. Selama masa sekolah di Pesanteren, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Pelajar Mandailing Julu. Selain meluangkan waktunya untuk kelompok, beliau juga bekerja sebagai petani di kampung halaman dan merupakan tokoh sentral dalam kelompok mulai dari masa perintisan kelompok sampai sekarang.

Khoirul Bahri Tanjung, saat ini beliau menjabat sebagai bendahara kelompok tani Siala Sampagul pada periode perintis. Dilahirkan di Desa Sibanggor Julu pada tanggal 12 Desember 1973, beliau menempuh pendidikan di SMP Negeri Rao, Sumatera Barat Maga dan sempat mengenyam pendidikan di Pesanteren Musthafawiyah Purbabaru.

Semasa muda banyak menghabiskan waktunya di tanah perantauan mulai dari Jakarta, Bogor sampai di Negeri seberang Malaysia. Setelah berkeluarga dan menetap di kampung halaman beliau dipercaya menjadi Anggota Jabatan Agama Desa Sibanggor Julu. Selain meluangkan waktunya untuk kelompok, beliau juga bekerja sebagai petani di kampung halaman dan merupakan tokoh sentral dalam kelompok mulai dari masa perintisan kelompok sampai sekarang.

Muhammad Saleh Tanjung, saat ini beliau menjabat sebagai sekretaris kelompok tani Siala Sampagul pada periode perintis. Dilahirkan di Desa Sibanggor Julu pada tanggal 26 Juni 1975, beliau menempuh pendidikan di SMP Negeri Maga dan MAN 1 Padang Sidempuan.

Semasa muda banyak menghabiskan waktunya di tanah perantauan khususnya Jakarta dan Bogor. Semasa tinggal di Jakarta beliau sempat menjadi Anggota KPSS Pemilu 2004. Setelah berkeluarga dan menetap di kampung halaman beliau pernah menjadi Anggota KPPS Pilgubsu 2007. Selain meluangkan waktunya untuk kelompok, beliau juga bekerja sebagai petani di kampung halaman dan merupakan tokoh sentral dalam kelompok mulai dari masa perintisan kelompok sampai sekarang.

Kamis, 02 April 2009

Siala Tourism: A Bridge to Mandailing Hospitality

Abdul Rozak Tanjung

Lesson Learnt From Malaysia Hospitality

When I had a trip to an international seminar on livelihoods recovery in Negombo Srilanka, November 2008, I was confuse when the flight name written as MH 648 leaving from Polonia Airport for KLIA Kuala Lumpur and Colombo International Airport. Frankly, I had some international trips to Kuala Lumpur, Penang and some other cities within Thailand before, where I took ticket written so closed to the flight company name like Garuda Airlines (GA). I called back an administration officer in my office in Banda Aceh to clarify the flight company and I got the clearance that the flight company is Malaysia Airlines (MAS).

Reading some stuff provided for the passengers on my seat, I got a new little language that MH stands for Malaysia Hospitality. I just thought that MH refers to the way of Malaysian to welcome the passenger to the aircraft. After some observations I made through the trips for Colombo, I got a clear message that MH is trade mark of the Malaysian Airlines services.What is obviously the relation between Malaysia Airlines and Malaysian Hospitality? As I said earlier, the way of serving passengers with luxurious service and facilities as well as nice flight meal is the manifestation of Malaysia Hospitality.

Turning back to most of Indonesian flight companies, MAS services are quite different and much more civilized that Indonesian flight companies. The way the stewards and stewardess serve the passengers is so elegant like I was the nobleman in a royal country or prominent people in the government institution. I was actually nothing comparing to my flight mates coming for countries around the world. However, I learnt that MAS prioritize the services to the passengers regardless of nation, belief, background as well as the occupation of us.

Furthermore, I learnt from the tourism magazines provided on my seat that MH term already a big trade mark of Malaysian tourism as a whole. The “hospitality” of Malay has become a potential international tourist trade of Malaysia. How about the Indonesia hospitality?. As fact of matter, we have plenty of nations and tribes within our diverse country. However, most of the nations and tribes within our country have the same hospitality to what Malaysia has. The main problem was the failure of tourism business sector to say “internationalize” the Indonesian hospitality as well as with its jargon.

Mandailing Hospitality: A New Trade Mark on Exploring Mandailing Tourism

It is too early to say that Malaysian Hospitality closely the same to what Mandailing society has. However, there are some similarities between Malay (dominant resident of Malaysia) and Mandailing especially in religious and cultural sector. The similarity on religious sector is that most of Malay and Mandailiness are predominantly Moslem where they have current cultural ceremony mostly regard to Islam rule. On cultural sector, both tribes have strong kinship relation where they have mutual works in having ceremonial works or even in economic-based works as well as prioritize consensus in making policies.

Concurrent to the above description, it is already clear that Mandailing can explore their tourism potential like Malaysian way of thinking. The most potential challenges face Mandailing is about the capacity of government and the society to explore its potential in tourism sector as well as the human resource of Mandailingness to promote their potentials.

Mandailing does not merely refer to the area of administration but mostly refers to the cultural entity where now at least three district governments involved in which are Mandailing Natal itself, Kota Sidempuan and South Tapanuli Regency. Both regencies could start exploring their tourism potential by embedding Mandailing touch within. Let both local governments bring the Mandailing Hospitality as the common trade mark without any complain from each others.

Siala Tourism: A Bridge to Mandailing Hospitality

Siala stands for "Sibanggor Tarlola" which is the area covering ten villages around Sorik Marapi Mount and is now become one sub district government. The tourism potentials are vary within this area, ranging from Sibanggor Hot spring, Traditional Cemetery in Perkampungan Paddy field, Islam Pilgrimage in Kampung Lama, Flower and Butterfly parks in Hutanamale. These tourism potentials must explore by the society and government immediately.

Looking back to “Mandailing Hospitality” trade mark, Siala Sampagul Foundation will initiate the step in reaching the implementation of MH-based tourism in Mandailing. Will it be working appropriately? We do not have idea yet, but it we must do something to achieve the goal

PROFIL KELOMPOK

Kelompok Tani Siala Sampagul merupakan perkumpulan para petani Desa Sibanggor yang memiliki visi untuk peningkatan kapasitas ekonomi, mengeratkan kekeluargaan dan mempertinggi kepedulian sosial antara sesame anggota dan masyarakat lainnya.

Kelompok ini didirikan pada Tanggal 23 November 2007 atau bertepatan pada 5 syawal 1428 H. Pada tanggal 3 Maret 2009, kelompok secara resmi didaftarkan pada notaris Sondang Matiur Hutagalung SH, Notaris di Panyabungan, Mandailing natal. Kelompok ini berdomisili di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Untuk korespondensi dengan kelompok ini dapat menghubungi alamat di atas, melalui telepon seluler (+6281-375344965), Email: siala_sampagul@yahoo.com, maupun homepage pada: http://sialasampagul.blogspot.com/.

KEHIDUPAN SOSIO RELIGI

KEHIDUPAN EKONOMI WARGA

Masyarakat Sibanggor Tarlola menjadikan pertanian sebagai jenis okupasi utama dan mayoritas. Padi, gula merah, karet dan sayuran merupakan produk pertanian utama dari kawasan ini. Berikut beberapa gambar aktifitas ekonomi warga.

I. Penimbangan Karet di Pasar Kayulaut